D.
Manusia
dihiasi dengan Hati.
Penciptaan manusia
semakin sempurna dengan dilengkapinya manusia dengan segumpal daging yang
apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk, maka
buruklah seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah Hati.
Dalam berfikir, Allah
menyuruh manusia bukan hanya dengan ‘aqal, tetapi agar hasil dari pemikirannya
itu dekat dengan kebenaran dan jauh dari kesalahan maka hendaklan juga dengan
mengiringinya dengan hati. Dengan kata lain manusia harus berfikir menggunakan
‘aqal dan hatinya secara beriringan. Sebab, penelitian juga menunjukkan bahwa
terkadang hati manusia itu dapat mengambil suatu langkah cepat dan depat dari
ada otak (‘aqal), inilah yang sering disebut dengan intuisi.
Kita tidak bisa memastikan
apakah hati yang dimaksud dalam pandangan agama ini sama dengan organ hati yang
sering disebut dengan hepar, salah satu dari organ itestinal manusia.
Namun, hal ini bukanlah
suatu hal yang harus menjadi bahan perdebatan di antara kita, namun lebih kepada
suatu yang harus kita yakini sebagai salah satu bentuk kekuasaan Allah yang
menjadikan penciptaan manusia begitu sempurna. Hati harus kita jaga, dan harus
kita pergunakan sesuai dengan aturan Allah. Semoga Allah menjadikan hati kita
menjadi hati yang diridhai-Nya.
Berbicara mengenai hati,
sangat erat kaitannya dengan iman. Iman manusia kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya,
Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir baik
maupun buruk.
Manusia sebagai makhluk
Allah, berbeda dengan makhluk Allah yang memiliki iman yang kuat, yaitu Malaikat.
Sebab perbedaan itu, ada pula pembagian jenis iman yang ada pada makhluk Allah,
sebagai mana berikut ini:
1. Iman para Malaikat Allah : Yajiidu wa
La Yanqush (bertambah dan tidak berkurang)
2. Iman manusia : Yajiidu wa Yanqush
(bertambah dan berkurang)
3. Iman para Iblis : La Yajiidu wa
Yanqush (tidak bertambah dan berkurang)
Berdasarkan hal ini,
kita pahami bahwa sebaik-baik iman kepada Allah adalah imannya para Malaikat.
Dan masalahnya kita bukan Malaikat, walaupun ada yang bernama Malik, Ridhwan,
dll. imannya para Malaikat terus bertambah sebab mereka diciptakan untuk selalu
menghamba kepada Allah sesuai dengan tugas yang Allah berikan. Berbeda dengan
manusia, Malaikat tidak punya nafsu. Itulah yang menjadikan Iman manusia
berubah-ubah, naik-turun. Namun, meskipun demikian bukan lah serta-merta kita
mengatakan wajar-wajar saja saat melihat seorang manusia yang shalatnya jalan
terus tetapi maksiatnya juga jalan terus. Jangan pernah beranggapan begitu! Itu
artinya manusia yang seperti itu adalah manusia yang gagal, gagal dalam
mengendalikan nafsunya. Ingatlah! Iblis dilaknat oleh Allah itu karena Iblis
lebih memperturutkan nafsunya daripada melaksanakan perintah Allah. Dan saya
yakin, tidak ada diantara kita yang mau disamakan dengan Iblis. Sebab Iblis itu
tempatnya di neraka, dan saya, juga pembaca pasti ingin ke surga.
Semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua.